Tak mau kalah dengan operator GSM yang akan merilis GSM Generasi Ketiga (3G), operator Code Division Multiple Acces (CDMA) merilis layanan transfer data berkecepatan tinggi dengan teknologi EVDO (Evolution Data Optimized).
EVDO memiliki berbagai kelebihan. Layaknya sebuah layanan 3G, EVDO juga mampu melakukan video messeging, video streaming, caller tunes, song ID dan push to talk. Di Indonesia, hadirnya EVDO diharapkan mampu meningkatkan teledensitas dan penetrasi internet. Dengan layanan ini, koneksitas antar daerah terutama daerah terpencil akan semakin mudah.
Pekan lalu, Indosat memperkenalkan layanan ini kepada publik di Balikpapan. Bersamaan dengan peluncuran StarOne EVDO, digelar Seminar Bisnis yang bertajuk Business Beyond Expectation. Seminar tersebut menghadirkan pembicara ternama Rhenald Kasali dan dua praktisi IT lainnya. Seminar mengulas tentang implementasi teknologi EVDO dengan StarOne untuk menunjang bisnis pelaku usaha. Indosat juga mengadakan Starone Cyber Fiesta Exhibition di Exhibition Hall Balikpapan Plaza pada 24-27 Agustus 2006 lalu.
Indosat tercatat sebagai operator pertama yang merilis layanan berteknologi CDMA 2000 1x EVDO. Layanan berbasis EVDO memiliki kemampuan melakukan transfer data dengan kecepatan lebih dari 2.4 MB per detik. ”Kalimantan Timur dipilih sebagai lokasi pertama dengan pertimbangan kebutuhan akan teknologi ini sudah sangat tinggi dan pasarnya sudah sangat jelas, yaitu para pelaku bisnis pertambangan, perminyakan yang sangat banyak di wilayahi ini,” kata Direktur Regional Sales Indosat, Wityasmoro Sih Handayanto
EVDO diperkenalkan kepada publik di Jakarta saat berlangsung Indonesian CDMA Exhibition pada Juli 2005. Pada ajang ini, TelkomFlexi melakukan ujicoba layanan EVDO. Ujicoba serupa kemudian dilakukan Fren. Wityasmoro mengemukakan, layanan EVDO di Balikpapan hanyalah sebuah langkah awal.
Wity menambahkan, pengembangan teknologi EVDO dilakukan perusahaan untuk mengoptimalkan layanan komunikasi data ke pelanggan StarOne. Untuk tahap awal pengembangan teknologi EVDO memang masih akan dilakukan secara terbatas, namun untuk tahap selanjutnya akan terus dikembangkan sesuai kebutuhan pasar. ”Sesuai dengan roadmap pengembangan teknologi, sebagai penyelenggara layanan CDMA 2000 – 1X sudah sewajarnya kami juga menyiapkan implementasi teknologi EVDO,” ujar Wity kemudian. Segmen korporat menjadi sasaran utama layanan ini. Sebagaimana 3G, sebenarnya pelanggan bisa menikmati layanan akses berkecepatan tinggi melalui ponsel. Namun demikian, ponsel yang mendukung teknologi EVDO belum tersedia di pasaran.
Karenanya, EVDO masih terbatas pemanfaatnya untuk layanan internet berkecepatan tinggi. Untuk akses data melalui EVDO, kata Wity, pelanggan hanya membutuhkan tools berupa datacard yang akan dikoneksikan ke perangkat PC atau laptopnya, dan secara otomatis pelanggan akan dapat melakukan akses internet. Selain Indosat, operator yang tengah mengembangkan layanan ini adalah TelkomFlexi dan Bakrie Telecom (BTel). Melalui produk Esia, BTel membidik segmen komunitas, khususnya kalangan pendidikan untuk layanan EVDO.
Pekan lalu, Btel memperkenalkan layanan ini pada penyelenggarakan kuliah jarak jauh antara Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan California Institute for Telecommunication and Information (Calit2) di Universitas San Diego (UCSD) California.
Kuliah jarak jauh ini menggunakan video teleconferencing dengan teknologi EVDO untuk menghubungkan antara mahasiswa ITB dengan Irwin Mark Jacobs yang merupakan salah seorang penemu teknologi CDMA dan ketua dewan direksi Qualcomm Incorporated.
”Telekomunikasi tidak saja sekedar memudahkan komunikasi, tapi juga menghadirkan pengetahuan dengan cara yang cepat, mudah dan efisien. Itu sebabnya kami mendorong pemanfaatan teknologi demi membuka akses masyarakat terhadap tingkat kehidupan yang lebih baik,” ungkap Direktur Utama PT Bakrie Telecom, Anindya N. Bakrie.
Layanan nirkabel berteknologi CDMA tumbuh dengan pesat. Menurut Chief Operating Officer CDMA Development Group (CGD), James Person, menyebut pertumbuhan CDMA 2000 merupakan yang paling pesat dibandingkan dengan teknologi lainnya.
Hingga Juli 2006, sebanyak 162 operator telah meluncurkan 157 layanan CDMA 2000-1x dan 40 jaringan 1xEVDO secara komersil. Tahun depan, ada 31 layanan CDMA 2000-1x dan 40 1xEVDO yang akan siap diluncurkan. Tak heran jika banyak pihak yang menganggap pertumbuhan CDMA layaknya sebuah roket. Layanan ini merupakan layanan nirkabel broadband komersial yang sudah beroperasi di 49 negara. Pasar terbesarnya berada di kawasan Asia Pasific, khususnya Indonesia, India dan Cina.
Adopsi teknologi CDMA ini lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi lainnya seperti GSM atau WCDMA. Pertumbuhan yang kian pesat diiringi dengan jumlah pelanggan yang terus bertambah. Hingga tahun 2010, jumlah pengguna layanan ini diperkirakan akan mencapai 500 juta pelanggan.
Saat ini saja pengguna CDMA diprediksi mencapai 30 juta pelanggan dengan enam juta pelanggan baru setiap kuartalnya. Dengan dikenalkannya teknologi baru seperti EVDO, sebanyak 71 persen pengguna layanan CDMA akan beralih ke layanan tersebut.
Potensi Indonesia sebagai pasar CDMA khususnya EVDO sangat besar. Menurut Benny S Nasution dari Masyarakat Telekomunikasi (Mastel), daerah pedesaan sangat potensial untuk layanan tersebut. Hingga kini baru sekitar 40 persen dari 66.778 desa yang menikmati layanan telekomunikasi.
Enggannya operator membangun layanannya di luar Jawa adalah karena tingginya investasi yang harus dikeluarkan. Untuk itu, Benny mengusulkan adanya penggabungan antara layanan CDMA dan 1xEVDO dengan satelit. Sehingga, nantinya hanya ada satu jaringan sehingga investasi yang dikeluarkan pun lebih efisien.
Sumber : republika.co.id
No comments:
Post a Comment